Mengunjungi Museum HAM Omah Munir yang Penuh Kenangan

Museum HAM Omah Munir. Img: portalmerdeka.jigsy.com

Kota Batu memang kaya akan destinasi wisata yang menarik. Baik yang bernilai sejarah, pendidikan, hiburan, bahkan budaya. Nah, untuk mengenang seorang pejuang Hak Azasi Manusia, di Kota Batu sudah didirikan Museum HAM Omah Munir, yang bisa kita kunjungi.

Museum HAM Omah Munir

Museum ini didirikan pada tahun 2013 di Kota Batu. Kenapa di kota ini, sepertinya ada hubungannya dengan kota kelahiran Munir, yaitu di Kota Batu.

Beralamat di Jl. Bukit Berbunga No.2, RT 4 / RW 7 Sidomulyo, Kecamatan Batu, kota Batu, museum ini dibuka untuk siapa saja yang ingin tahu sosok Munir dan perjuangannya. Kamu bisa mengunjunginya pada hari Selasa s.d Minggu, pada jam 10.00 s.d 16.00 WIB.

Bagaimana dengan tiket masuknya? Nah, melihat misi dan program pembentukan museum ini benar-benar untuk menjadi sarana pendidikan mengenai Hak Asasi manusia, Omah Munir nggak menarik retribusi untuk pengunjung yang masuk.

Yang menarik dari museum ini adalah, pengunjung dipersilakan melihat berbagai peninggalan Alm. Munir mulai dari berbagai dokumentasi yang disusun rapih sampai kenang-kenangan berupa sepatu yang dulu dipakai selama mengerjakan aktivitasnya sebagai pejuang HAM.

Kadang di rumah ini juga ada aktivitas yang bersifat edukatif, seperti kunjungan siswa sekolah. HAM memang perlu diajarkan kepada anak usia berapapun, dengan kemampuan bahasa sesuai umur, tentunya.

Mengunjungi Museum HAM Omah Munir. Img: Kompas

Sosok Munir Said Thalib

Munir adalah seorang pejuang HAM, yang punya kepedulian yang tinggi pada orang yang tertindas dan kehilangan hak-hak mendasar mereka. Setelah lulus dari fakultas hukum Universitas Brawijaya, ia mengawali karir dengan menjadi Ketua LBH Surabaya. Ia juga mendirikan LSM KontraS pada tahun 1996, yaitu komisi yang mengadvokasi para korban penculikan.

Singkat cerita, ada saja orang yang tidak menyukai upaya yang dilakukan Munir bersama KontraS. Ia dan keluarganya sering mendapatkan ancaman kekerasan dan pembunuhan. Namun, upayanya nggak berhenti begitu saja. Munir lalu mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial, menjabat sebagai Direktur Eksekutif.

Di balik kerja kerasnya yang tulus dan nggak kenal lelah, nggak sia-sia Munir mendapatkan perhatian dari dunia internasional. Ia pernah memperoleh berbagai award, seperti The Right Livelihood Award di Swedia, pada tahun 2000, dan An Honourable Mention of the 2000 UNESCO Madanjeet Singh Prize, di Paris.

Masih banyak kisah, baik mengenai award dan kasus-kasus yang diadvokasi oleh Munir.

Foto-foto di Museum Omah Munir. Img: Rappler

Sebuah Tonggak untuk Melawan Lupa

Mungkin kamu termasuk sering mendengar frasa “menolak lupa”? Frasa ini memang berawal dari gerakan yang merasa, upaya para pejuang HAM belum selesai. Lebih tepatnya, seiring dengan cukup banyaknya kasus HAM yang masih belum terselesaikan, dan seolah terlupakan.

Mengunjungi Museum HAM Omah Munir merupakan perjalanan yang lebih dari sekadar wisata edukasi. Meskipun niat awalnya memang lantaran rasa ingin tahu, sebagaimana waktu kita mengunjungi destinasi lainnya.

Museum ini lahir dengan niat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Selain diingatkan lagi pada sosok Munir Said Thalib, kita juga akan mendapatkan pencerahan tentang perjuangan HAM yang semestinya. Mulai dari yang paling sederhana, misalnya dengan menularkan semangat toleransi dan menghargai perbedaan di tengah komunitas sendiri, serta memegang prinsip mencintai kesetaraan di tengah komunitas kita yang memang plural.

Pastinya, perjalanan yang menghasilkan inspirasi ke Omah Munir akan memberi dampak yang lebih dari sekadar jalan-jalan. Setuju?

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *